Susahnya Cari Karyawan

Manajemen SDM

Seorang  senior entrepreneur bilang, bahwa seorang dikatakan “entrepreneur sejati” bila ia sudah bisa mempunyai karyawan.  Jika dia masih menempatkan posisinya sebagai owner dan karyawan, berarti masih dikatakan ‘self employment” artinya bekerja untuk diri sendiri.

 

Masalah karyawan (SDM) kerapkali dialami oleh semua pebisnis.  Mau yang skala UKM atau skala besar. Jika sebuah usaha mengalami pergantian pegawai, secara otomatis perkembangan usahanya sedikit banyak akan terhambat.  Contoh kecil, sebuah pengelolaan rumah makan, jika sering ada pergantian pegawai, biasanya karyawan kepercayaannya juga ikut berhenti. Padahal gaji yang diberikan ownernya juga bisa dikatakan cukup besar?

Masalah lain yang timbul, yaitu kejenuhan pegawai. Biasanya alternative  yang dilakukan pemilik usaha yaitu merotasi penempatan karyawannya ke cabang yang lain. Tapi masalah yang lain akan timbul lagi, jika cabang usaha kita lokasinya berjauhan. yaitu si karyawan akan merasa keberatan akan tempat tinggalnya, yang lokasinya jauh dari tempat usaha.

Lalu, yang salah dimana? bagaimana mengatasi hal tsb?

Seorang pakar SDM member saran sebagai berikut :

1. Perlunya perubahan system hubungan kerja antara pemilik dan karyawan. Sudah tidak ada lagi istilah ‘majikan dan karyawan’.  Ubahlah system kerja menjadi system kemitraan (komisi).

Misalnya;  karyawan akan mendapatkan 15% dari total omset pendapatan.  Dengan catatan, presentase yang diberikan pemilik ke pegawai cukup menguntungkan kedua belah pihak.

Dengan cara seperti ini, si karyawan akan berusaha bekerja lebih giat untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Nilai plus kedua, si karyawan juga akan memberikan loyalitas penuh terhadap pemilik usaha tersebut.

2. Bersikaplah bijak kepada karyawan.

Tempatkan karyawan yang tidak jauh dari lokasi tempat tinggalnya. Mungkin tidak bisa diterapkan ke semua karyawan kita. tinggal pintar-pintar kita saja milihnya, antara yang sudah berkeluarga dan yang belum.  Jika karyawan masih lajang, kita bisa menambahkan biaya kos atau biaya transportasi.

Membangun manajemen yang baik

Terkadang kita sebagai pelaku bisnis, sering melupakan pondasi bisnis. Tapi sebenarnya hal tersebut yang harus kita pikirkan sebelum memulai sebuah usaha/bisnis. Ibaratnya, jika rumah tanpa pondasi yang kuat, jika ada badai datang, kita belum siap apa2. Sama seperti bisnis, kita harus memiliki manajemen yang baik terlebih dahuu sebagai pondasi kuat untuk memulai sebuah usaha. Apa ‘pondasi bisnis’ itu? Yaitu : manajemen SDM, keuangan dan marketing.

Terkadang pemilik usaha sering merangkap ketiga jabatan tersebut diatas. Enggan untuk mempekerjakan oranglain demi alasan rasa tidak percaya. Sebenarnya, kita bisa mempekerjakan orang-orang yang ada di sekeliling kita, contohnya saja anak atau saudara kita. Tapi sebelumnya, kenali dulu dengan system kerja perusahaan kita terlebih dahulu. Mulai dari visi,misi, mekanisme perusahaan, budaya, dan aspek lainnya secara menyeluruh, mulai dari hal yang kecil hingga yang detail.

Namun, berbisnis dengan melibatkan keluarga, bukan berarti masalah sudah selesai. Disini kita harus memporsikan posisi kita dengannya adalah hubungan kerja. Ajak bermusyawarah. Berapa gaji yang disepakati bersama.

Faktor lain yang harus diwaspadai adalah kelalaian dalam mencatat pengeluaran biaya untuk komponen baru. Kebanyakan pengusaha hanya melihat keuntungan, dari selisih antara harga jual dengan harga produksi. Padahal diluar itu, ada biaya lain tak terduga yaitu biaya operasional, biaya karyawan, pembelian peralatan baru, sewa tempat, listrik, dan lain-lain.

Untuk mengatasi hal tersebut, kita sebagai pengusaha harus kembali menghitung secara jeli antara biaya produksi dan keuntungan usahanya. Kalau catatan tersebut belum ada, maka buat saja skala proyeksi keuangan usaha kita dalam berbagai aspek. Mulai dari jumlah pendapatan, biaya produksi, biaya SDM, pemasaran, pembengkakan biaya, dan lain sebagainya.

Leave a comment